Rabu, 16 Januari 2013

PERBEDA'AN IMAM ABU YA'LA DAN ABU YA'LA MUJASSIMAH


PERBEDAAN ABU YA'LA AHLUSSUNAH DAN ABU YA'LA MUJASSIMAH
Ada dua orang bernama Abu Ya'la, yang pertama Abu Ya'la ahli hadits dari golongan ahlussunah, dan kedua Abu Ya'la dari golongan mujassimah (wahabi)

Abu Ya'la Pertama (Ahlussunah):
Nama: Abu Ya’la ahli hadits bernama; Ahmad bin Ali bin al Mutsanni bin Yahya bin Isa al Maushiliy, penulis kitab Musnad (Dikenal dengan kitab Musnad Abi Ya’la al Maushili), lahir tahun 210 H, wafat tahun 307 H (satu pendapat mengatakan wafat tahun 306 H).

Guru-guru: Di antaranya Imam-imam Ahli hadits terkemuka berikut ini; Ali bin al Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yahya bin Sa’id al Qaththan, Abu Bakr bin Abi Syaibah, dan lainnya.

Murid-murid: Di antaranya Imam-imam ahli hadits terkemuka berikut ini; an Nasa’i, Ibnu Adiy, Abu Hatim, Abu asy-Syaikh, Abu Bakr bin al Muqri’, ath-Thabarani, dan lainnya.

Abu Ya'la Ke Dua (Mujassimah/Wahabi):
Nama: Muhammad bin al Husain bin Muhammad bin Khalaf bin Ahmad al Baghdadi al Hanbali, dikenal dengan sebutan al Qadli Abu Ya’la al Hanbali. Lahir tahun 380 H, wafat 458 H.

Al Qadli Abu Ya’la ini dikenal sebagai orang yang menyebarkan faham tasybih, bahkan salah seorang yang paling bertanggungjawab atas kerusakan Madzhab Hanbali. Orang inilah yang telah “menyuntikan penyakit” akidah tasybih di dalam madzhab Hanbali, dia banyak menuliskan akidah tasybih lalu dengan BOHONG BESAR ia mengatakan bahwa itu semua adalah aqidah Imam Ahmad bin Hanbal.

Imam al Hafizh Ibn al Jawzi (w 597 H) berkata:
Aku melihat ada beberapa orang dalam madzhab Hanbali ini yang berbicara dalam masalah aqidah dengan pemahaman-pemahaman yang ngawur. Ada tiga orang yang menulis karya terkait dengan masalah ini, yaitu; Abu Abdillah bin Hamid, al-Qadli Abu Ya’la (murid Abu Abdillah bin Hamid), dan Ibn az Zaghuni. Mereka semua telah menulis kitab-kitab yang telah merusak madzhab Hanbali, bahkan karena itu aku melihat mereka telah turun ke derajat orang-orang yang sangat awam. Mereka memahami sifat-sifat Allah secara indrawi, misalkan, mereka mendapati teks hadits “Innallah Khalaqa Adam ‘Ala Shuratih”, lalu mereka menetapkan adanya “Shurah” (bentuk) bagi Allah. Lalu mereka juga menambahkan “al-Wajh” (muka) bagi Dzat Allah, dua mata, mulut, bibir, gusi, sinar bagi wajah-Nya, dua tangan, jari-jari, telapak tangan, jari kelingking, jari jempol, dada, paha, dua betis, dua kaki, (Daf’u Syubah at Tasybih Bi Akaff at-Tanzih, h. 7-8)

3 komentar:

  1. Assalamu'alaykum..

    Dalam tulisan di atas disebutkan bahwa Abu Ya'la yang mujassimah lahir 380 H - wafat 458 H adalah seorang pengikut Wahabi.

    Pertanyaan saya, tahun berapakah aliran Wahabi itu berdiri?

    Terimakasih.

    BalasHapus
  2. Assalamu alaikum.
    Kepada Abu Khonsa, Abu Ya'la menjadi rujukan golongan wahabi zaman ini. Ertinya fahaman2 Abu Ya'la dijadikan hujjah2 untuk membenarkan pnendapat batil mereka. Dan sememangnya wahabiyah itu di dirikan atas kebatilan...!

    BalasHapus